Rabu, 27 Februari 2013

Pandan, Rahasia Utama Martabak Negeri Matahari Terbit

BERAWAL dari mengenyam ilmu di Negeri Matahari Terbit, timbul ide mendirikan sebuah kedai Martabak Jepang di negeri kelahirannya, Indonesia. Hal itu diungkapkan Prayitno, salah seorang pegawai kedai Martabak Jepang, merk Asia, di Jalan Tatasurya No.9 Bandung, belakang Metro Building, Sabtu (9/2).

Martabak Jepang adalah resep kue tradisional Negeri Matahari Terbit, yang pertama kali dibuat pada tahun 1943 oleh seorang warga Jepang asal Yokohama, bernama Iwasawa.

Selain martabak jepang, kedai itu pun menjajakan martabak manis, blacksweet, bolu asin, dan crispy. Namun, martabak jepanglah yang paling banyak diminati atau menjadi favorit para pembeli.

Dengan tampilan dominasi warna hijau lumut, ditambah aneka toping-toping tertentu, martabak jepang ini mengeluarkan aroma khas, berbeda dengan martabak umumnya.

“Keunggulannya martabak jepang, karena rasa pandannya sangat dominan dan memiliki tekstur yang lembut, makanya lebih laku,” kata Prayitno.

Kalau blacsweet, aromanya mocca, sedangkan martabak jepang beraroma pandan. Jadi lebih wangi. Ya, dari daun pandanlah aroma berbeda martabak Jepang ini berasal. Daun pandan diblender terlebih dahulu, lalu dicampur dengan adonan martabak yang terdiri dari tepung terigu, susu, dan garam yang sudah dicairkan sebelumnya.

Toping martabak jepang itu antara lain, wijen, buah-buahan, keju, coklat Asia, Monthiong Twist Asia, Recipe Asia, dan lain-lain. “Tidak sembarang orang bisa membuat adonan dan tahu cara pembuatan martabak jepang ini. Ini berbeda,” papar Prayitno.

“Enak, tidak terlalu manis, seperti martabak pada umumnya. Apalagi buat yang diabetes, bagus! Terus, tidak terlalu basah kalau dipegang,” ujar Resita, salah satu pembeli. Selain lezat, martabak jepang mengandung vitamin E, A, B1,D3 dan kalsium.

Kedai Martabak Jepang itu berdiri dari tahun 2004 dan mendapat penghargaan Juara Martabak Blue Band 2005. Buka dari pukul tiga sore hingga sebelas malam, diakui Prayitno menghasilkan untung yang cukup besar. “Omset perhari Rp1 juta, itu juga kalau sepi,” ujarnya.

Frindchise untuk per- counter egg type Martabak Jepang memerlukan modal sebesar 85 juta rupiah. [] Santi Sopia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



 
About Us : Contact | Susunan Redaksi | Link
Copyright © 2013. Journc Magazine - All Rights Reserved